Penalaran dan Logika Mia, Atul, Bang Yudi, dan Ka Nailur

PENALARAN DAN LOGIKA

Penalaran

Kemampuan bernalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaannya. Secara simbolik manusia memakan buah pengetahuan melalui Adam dan Hawa, setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuan. Di mana dia mengetahui mana yang benar mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana indah mana yang jelek. Secara terus-menerus manusia dipaksa harus mengambil keputusan untuk menentukan pilihan di antara yang benar dan salah, yang baik dan buruk, serta di antara indah dan jelek.

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan pada binatang hanya terbatas bagaimana mempertahankan hidup. Misalnya saja seekor anak kucing tahu bahwa ikan adalah makanan yang enak, tentu saja anak kucing diajari oleh induknya bahwa ikan itu makanan yang enak.

Manusia mengenal pengetahuan karena dua hal, yaitu manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut, serta manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Binatang mampu berpikir akan tetapi binatang tidak bisa bernalar. Instink binatang jauh lebih peka daripada instink seorang ahli geologi, binatang sudah jauh-jauh berlindung ke tempat yang aman ketika gunung meletus terjadi tetapi binatang tidak bisa menalar kenapa gunung meletus. Namun, tidak semua pengetahuan diperoleh dari proses bernalar sebab berpikir pun tidak semuanya berdasarkan penalaran.  Manusia juga memperoleh pengetahuan dari fungsi alat indera, perasaan dan wahyu yang merupakan komunikasi tuhan dengan makhlukNya.

Hakikat Penalaran

Secara sederhana penalaran dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya. Penalaran juga merupakan suatu proses berpikir dalam rangka untuk menarik kesimpulan atau menemukan kebenaran.

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens), premis terdiri dari premis mayor dan premis minor  dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir bukan perasaan. Jadi kesimpulan yang dihasilkan dari penalaran adalah pengetahuan.

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Berpikir adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama. Benar bagi kita, belum tentu bagi orang lain; benar bagi orang lain, belum tentu bagi kita. Maka oleh sebab itu, proses kegiatan berpikir untuk dapat menghasilkan pengetahuan yang benar, itupun berbeda-beda. Sebagai kegiatan berpikir, maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu:

(1)   Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Berpikir logis adalah kegiatan berpikir berjalan menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic).

(2)   Adanya proses analitik dari proses berpikirnya. Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir analisis-sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/penelitian).

Seperti yang disebutkan sebelumnya, tidak semua kegiatan berpikir itu bersandarkan pada penalaran. BLAISE PASCAL (1623-1662) mengatakan bahwa hatipun mempunyai logika tersendiri, namun patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir itu harus menyandarkan diri pada penalaran.

Cara berpikir yang tidak termasuk ke dalam penalaran bersifat tidak logis dan analitis. Cara berpikir tersebut adalah perasaan dan intuisi. Perasaaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Intuisi adalah suatu kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu.

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.

(1)   Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.

(2)   Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar kesimpulan adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif

Penalaran dibedakan menjadi dua macam, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.

Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan dari bagian-bagian ( khusus) menjadi sesuatu yang universal (umum). Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian, penalaran induktif tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.

Dengan kata lain penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. Penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. Catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. Tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar.

Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya sebab memberikan dua keuntungan. Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan yang umum ini bersifat ekonomis. Kehidupan yang beraneka ragam dan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi dari berbagai fakta, melainkan esensi dari fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang menyangga wujud fakta tersebut. Pernyataan yang begitu lengkap dan cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina. Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan element yang bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis.

Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkannya proses penalaran selanjutnya, baik secara induktif maupun secara deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat umum lagi. Umpamanya melanjutkan contoh di atas, dari kenyataan bahwa semua binatang mempunyai mata dan semua manusia mempunyai mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua mahluk mempunyai mata. Penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis, yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental.

Penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik. Penalaran induktif ini mengangkat 1 kasus untuk ditarik dalam kesimpulan umumnya. Contohnya kurang banyak, dan meski penalaran induktif sudah kuat dengan contoh yang banyak, kesimpulan induktif yang dihasilkan pun masih bisa dipertanyakan keabsahannya.

Pada penalaran induktif konklusi lebih luas dibandingkan dengan premisnya. Generalisasi merupakan salah satu dari penalaran induktif.

Contoh :

Seorang peneliti ingin mengetahui apakah semua logam memuai bila dipanaskan? Untuk membuktikannya maka semua jenis logam dipanaskan dengan hasil pada masing-masing logam sebagai berikut :

Besi memuai bila dipanaskan

Baja memuai bila dipanaskan

Tembaga memuai bila dipanaskan

Logam A memuai bila dipanaskan

Logam B memuai bila dipanaskan

Sampai dengan logam terakhir memuai bila dipanaskan

Karena hasil penelitian menunjukkan suatu kebenaran yang mutlak maka dapat disimpulkan bahwa semua logam memuai bila dipanaskan.

Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.

Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian pada konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Penalaran deduktif juga seperti menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar. jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan.

Contoh :

Semua manusia fana pasti mati.

Justin adalah manusia.

Justin pasti (akan) mati.

Hukum Penalaran

Perlu dipahami bahwa “yang benar” tidak sama dengan “yang logis”. Yang benar adalah suatu proposisi. Sebuah proposisi itu benar kalau ada kesesuaian antara subyek dan predikat. Yang logis adalah penalaran. Suatu penalaran dinamakan logis kalau mempunyai bentuk yang tepat dan oleh sebab itu penalaran itu sahih. Dengan asumsi bahwa bentuk penalaran itu sahih, maka hubungan kebenaran antara premis dan kesimpulan dapat dirumuskan dalam hukum-hukum penalaran sebagai berikut :

Hukum pertama

“Apabila premis benar, konklusi benar”

Contoh :

Semua manusia akan mati (premis mayor)

Udin adalah manusia (premis minor)

Udin pasti (akan) mati (konklusi)

Premis mayor dan minor benar, oleh sebab itu kesimpulannya juga benar.

Hukum kedua

“Apabila kesimpulan salah, premis salah”

Contoh :

Semua manusia akan mati (premis mayor)

Malaikat adalah manusia (premis minor)

Malaikat pasti mati (konklusi)

Di sini kesimpulannya salah sebab premisnya salah. Premis mayor benar akan tetapi premis minor salah,karena malaikat bukan manusia. Jadi kesimpulan salah karena premis minor salah.

Hukum ketiga

“Apabila premis salah, kesimpulan bisa benar bisa salah”

Contoh :

Malaikat itu benda fisik (premis mayor)

Batu itu malaikat (premis minor)

Batu itu benda fisik (konklusi)

Pada contoh ini premisnya salah tetapi konklusi benar. untuk  contoh premis salah maka kesimpulan salah lihat pada contoh hukum kedua.

Hukum keempat

“Apabila konklusi benar, premis bisa benar bisa salah”

Untuk contoh kesimpulan benar premis salah ada pada contoh di atas sedangkan kesimpulan benar premis benar ada pada contoh hukum pertama.

Logika

Logika berasal dari bahasa Latin, yaitu “logos” yang berarti perkataan atau sabda”. Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti “alasannya tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis”. Yang dimaksud dengan “logis” adalah masuk akal dan tidak logis adalah tidak masuk akal. Prof Thaib Thair A.Mu’in membatasi logika sebagai “Ilmu untuk  menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran”. Sedangkan Irving M.Copi menyatakan bahwa “Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dengan penalaran yang salah”. Demikian juga dalam buku “Logic and Language of Education” dari George F.Kneller (New York, 1966). Logika disebut sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikir benar sedangkan dalam kamus Munjid disebut sebagai “hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berfikir”. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.

Logika berkaitan dengan aktivitas berpikir dan Psikologi juga berkaitan dengan aktivitas berpikir. Oleh karena itu, kita hendaknya berhati-hati melihat persimpangannya dari kedua konsep ini. Psikologi mempelajari pikiran dan kerjanya tanpa menyinggung sama sekali urusan benar-salah. Sebaliknya urusan benar-salah menjadi masalah pokok dalam logika. Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis.

Banyak jalan pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pikiran yang diungkapkan sebagai harapan emosi seperti caci maki, kata pujian atau pernyataan kekaguman. Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argumen yang secara selintas kelihatan benar untuk memutar balikkan kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar dan bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan itu dilakukan manurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, yang secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan penelaahan yang seksama hanya terhadap dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan di pihak lain, kita mempunyai logika deduktif, yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus bersifat individual.

Baik logika deduktif maupun logika induktif, dalam proses penalarannya, mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggap benar. Kenyataan ini membawa kita kepada sebuah pertanyaan: bagaimanakah cara kita mendapatkan pengetahuan yang benar tersebut ?

Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah didasarkan atas rasio dan yang kedua didasarkan atas pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham yang kita kenal dengan rasionalisme, sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut empirisme. Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari idea yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Idea menurut mereka bukanlah ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sendiri sudah ada dan bersifat apriori dan dapat diketahui oleh manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya. Pengalaman tidaklah membuahkan prinsip dan justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip yang didapat lewat penalaran rasional itulah maka kita dapat mengerti kejadian-kejadian yang berlaku dalam alam sekitar kita. Secara singkat dapat dikatakan bahwa idea bagi kaum rasional adalah bersifat apriori dan pra-pengalaman, dan didapatkan manusia lewat penalaran rasional. Masalah utama yang timbul dari cara berfikir ideal ini adalah mengenai kriteria untuk mengetahui akan kebenaran suatu idea yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya. Idea yang satu bagi si A mungkin bersifat jelas dan dapat dipercaya, namun belum tentu demikian bagi si B. Mungkin saja bagi si B untuk menyusun sistem pengetahuan yang sama sekali lain dengan system pengetahun si A karena si B mempergunakan idea lain yang bagi si B merupakan prinsip yang jelas dan dapat dipercaya.

Jadi masalah utama yang dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang dipakainya dalam penalaran deduktif. Karena premis-premis ini semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak dan terbebas dari pengalaman, maka evaluasi itu tak dapat dilakukan. Oleh sebab itu, maka lewat penalaran rasional akan didapatkan bermacam-macam pengetahuan mengenai suatu obyek tertentu tanpa adanya suatu konsensus yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistik dan subyektif.

Berlainan dengan kaum rasionalis maka kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak, melainkan lewat pengalaman yang konkret. Gejala-gejala alam menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat konkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan pancaindera manusia. Gejala itu kalau kita telaah lebih lanjut mempunyai beberapa karakteristik tertentu, umpamanya saja terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu. Suatu benda padat kalau dipanaskan akan memuai. Langit mendung diikuti dengan turunnya hujan. Demikian seterusnya, pengamatan kita akan membuahkan pengetahuan mengenai berbagai gejala yang mengikuti pola-pola tertentu. Di samping itu kita melihat adanya karakteristik lain, yakni adanya kesamaan dan pengulangan, umpamanya saja bermacam-macam logam kalau kita panaskan semuanya akan memuai. Hal ini memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu generalisasi dari berbagai kasus yang telah terjadi. Dengan mempergunakan metode induktif maka dapat disusun pengetahuan yang berlaku secara umum lewat pengalaman terhadap gejala-gejala yang bersifat individual. Masalah utama yang timbul dalam penyusunan secara empiris ini ialah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta. Kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja terdapat hal-hal yang kontradiktif. Suatu kumpulan fakta, atau kaitan antara berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya suatu pengetahuan yang sistematis; kecuali mungkin bagi “seorang kolektor barang-barang serbaneka”.

Lebih jauh Einstein mengingatkan bahwa tak ada metode induktif yang memungkinkan berkembangnya konsep dasar suatu ilmu. Kaum empiris menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang tertangkap oleh pancaindera, hal ini membawa kita kepada dua masalah. Pertama, sekiranya kita mengetahui dua fakta yang nyata, umpamanya rambut keriting dan intelegensi manusia, bagaimana kita merasa pasti mengenai kaitan antara kedua fakta tersebut? Apakah rambut keriting dan intelegensi manusia mempunyai kaitan dengan satu sama lain dalam hubungan kausalitas? Sekiranya kita mengatakan “tidak”, bagaimana sekiranya penalaran induktif membuktikan sebaliknya? Pertanyaan tersebut mengingatkan kita bahwa hubungan antara berbagai fakta tidaklah sedemikian nyata sebagaimana yang kita sangka. Harus terdapat suatu kerangka pemikiran yang memberi latar belakang mengapa X mempunyai hubungan dengan Y, sebab kalau tidak, maka konsekuensinya ialah bahwa semua fakta dalam dunia fisik bisa saja dihubungkan secara kausal.

Masalah yang kedua adalah mengenai hakekat pengalaman yang merupakan cara dalam menemukan pengetahuan dan pancaindera sebagai alat yang menangkapnya. Pertanyaannya adalah apakah yang sebenarnya dinamakan pengalaman? Apakah hal ini merupakan stimulus pancaindera? Ataukah persepsi? Atau sains? Sekiranya kita mendasarkan diri kepada pancaindera sebagai alat dalam menangkap gejala fisik yang nyata, maka seberapa jauh kita dapat mengandalkan pancaindera tersebut. Ternyata kaum empiris tidak bisa memberikan jawaban yang menyakinkan mengenai hakekat pengalaman itu sendiri. Sedangkan mengenai kekurangan pancaindera manusia, ini bukan merupakan sesuatu yang baru bagi kita. pancaindera manusia bisa melakukan kesalahan. Contoh yang biasa kita lihat sehari-hari ialah bagaimana tongkat lurus yang sebagian terendam di dalam air akan kelihatan menjadi bengkok. Haruskah kita mempercayai hal semacam ini sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan?

Di dalam rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara lain untuk mendapatkan pengetahuan yang lain. Yang penting untuk kita ketahui adalah intuisi dan wahyu. Sampai sejauh ini, pengetahuan yang didapatkan secara rasional maupun secara empiris, kedua-duanya merupakan produk dari sebuah rangkaian penalaran. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tersebut. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahannya tersebut. Tanpa melalui proses yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai di situ. Jawaban atas permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul di benaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu. Atau, bisa juga intuisi ini bekerja dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar, artinya jawaban atas suatu permasalahan ditemukan tidak pada waktu orang tersebut secara sadar atas suatu permasalahan ditemukan tidak pada waktu orang tersebut secara sadar sedang merenungkannya. Suatu masalah yang sedang kita pikirkan yang kemudian kita tunda karena menemui jalan buntu tiba-tiba saja muncul di benak kita lengkap dengan jawabannya. Kita merasa yakin bahwa memang itulah jawaban yang kita cari, namun kita tidak bisa menjelaskan bagaimaan cara kita sampai ke sana.

Kegiatan intuitif ini sangat bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi ini tidak bisa diandalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakannya. Kegiatan intuitif dan analitik bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran. Bagi Maslow intuisi ini merupakan pengalaman puncak (peak experience) sedangkan bagi Nietschze merupakan intelegensi yang paling tinggi.

Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi yang diutus-Nya sepanjang zaman. Agama mengandung pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transendental, seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhir nanti. Pengetahun ini didasarkan kepada kepercayaan akan hal-hal yang gaib (supernatural). Kepercayaan kepada Tuhan yang merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan kepercayaan terhadap wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyusunan pengetahuan ini. Kepercayaan merupakan titik tolak dalam agama. Suatu pernyataan harus dipercaya dulu atau dapat diterima. Pernyataan ini bisa saja selanjutnya dikaji dengan metode yang lain. Secara rasional bisa dikaji umpamanya apakah pernyataan-pernyataan yang terkandung di dalamnya bersifat konsisten atau tidak. Di pihak lain, secara rasional bisa dikaji umpamanya dikaji penyataan-pernyataan yang terkandung di dalamnya bersifat konsisten atau tidak. Di pihak lain, secara empiris bisa dikumpulkan fakta-fakta yang mendukung pernyataan tersebut atau tidak. Singkatnya, agama dimulai dengan rasa percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu bisa meningkat atau menurun. Pengetahuan lain, seperti ilmu umpamanya, bertitik tolak sebaliknya. Ilmu dimulai dengan rasa tidak percaya, dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, kita bisa diyakinkan bahwa ketidakpercayaan kita itu tak ditopang kenyataan, atau bisa pula kita tetap pada pendirian semula.

Jenis-Jenis Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan secara luar, yaitu mencakup segala hal yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat pula dikategorikan kepada 3 jenis yaitu :

1. Pengetahuan Inderawi (knowledge).

Pengetahuan ini meliputi semua penomena yang dapat dijangkau secara langsung atau panca indra. Batas pengetahuan ini ialah segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh panca indera. Kedudukan Knowladge ini adalah penting sekali, karena dia merupakan tangga untuk menuju ilmu.

2. Pengetahuan Keilmuwan (Science)

Pengetahuan ini meliputi semua apa yang dapat diteliti dengan jelas atau dengan ekspermen sehingga bisa terjangkau lagi oleh rasio atau otak dan panca indra manusia.

3. Pengetahuan Falsafi

Pengetahuan ini mencakup segala fenomena yang tidak dapat diteliti, tetapi dapat di pikirkan batas pengetahuan ini, atau alam, bahkan juga bisa menembus apa yang ada di luar alam yaitu Tuhan.

Sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan manusia itu ada lima macam yaitu :

1. Empiris

Seseorang yang empiris biasanya berpendapat bahwa kita dapat meperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Sifat yang menonjol dari jawaban ini dapat dilihat bila kita memperhatikan pertanyaan seperti, “bagaimana orang mengetahui es membeku?”, jawaban kita tentu berbunyi “karena saya melihatnya demikian” atau “karena seorang ilmuwan melihat demikian”. Dengan begitu, dapat dibedakan dua macam yatu . Pertama unsur yang mengetahui dan kedua unsur yang diketahui. Orang yang mengetahui merupakan subjek yang memperoleh pengetahuan dan dikenal dengan perkataan yang menunjukkan seseorang atau suatu kemampuan.

2. Rasionalisme

Tidaklah mudah membuat defenisi tentang rasionalisme sebagai suatu metode untuk memperoleh pengetahuan. Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal, bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan engalaman paling dipandang sebagai jenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesehatan terletak di dalam ide kita, dan bukan di dalam diri, jika kebenaran mengandung makna dan mempunyai ide yang sesuai atau kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada didalam pikiran kita dan hanya diperoleh dengan akal budi saja.

3. Fenomenalisme

Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman melakuan pendekatan terhadap masalah di atas dan memperhatikan kritik dari David Hume terhadap sudut pandangnya yang bersifat empiris dan yang bersifat rasional.

Marilah kita memahami apa yang diajarkan oleh Kant dengan memperhatikan pernyataan “kuman tifus menyebabkan demam tifus”. Bagaimanakah kita sampai dapat mengetahui keadaan yang mempunyai sebab dan akibat ini ?, umumnya orang mengatakan setelah di selidiki oleh para ilmuwan diketahui bahwa bila ada orang yang menderita tifus, tentu terdapat kuman tersebut.

4. Intuisionisme

Kita mudah merasa tidak puas terhadap penyelesaian yang diajukan oleh Kant, karena penyelesaiantersebut mengatakan bahwa pada babak terakhir kita hanya mengetahui modifikasi barang sesuatu dan bukannya barang sesuatu itu sendiri dalam keadaannya yang senyatanya. Nanti saya akan kembali kepada masalah apa yang sesungguhnya memang dapat kita ketahui. Jelaslah bahwa jawaban terhadapnya untuk sebagian ditentukan oleh uraian yang telah diberikan tentang asal mula pengetahuan. Batas-batas pengetahuan ditentukan oleh jenis-jenis alat yang kita gunakan untuk meperoleh pengetahuan itu.

5. Metode Ilmiah

Perkembangan ilmu alam merupakan hasil penggunaan secara sengaja suatu metode untuk memperoleh pengetahuan yang menggabungkan pengalaman dengan akal sebagai pendekatan bersama, dan menambahkan suatu cara baru untuk menilai penyelesaian yang disarankan. Dari banyak diantara uraian kita sampai sejauh ini, kita mungkin telah merasakan bahwa keulitan yang dihadapi oleh filsafat ialah bahwa “filsafat tidak ilmiah”,ia mungkin akan mengeluh “di dalam ilmu kita membicarakan kenyataan empiris, di dalam filsafat tampaknya tidak ada suatu cara untuk memperoleh jawaban.

Galeri

Proyek Mia-Mulia

PROYEK

Proyek merupakan cara yang tepat untuk melibatkan siswa lebih jauh dalam penyelesaian masalah. Proyek dapat melibatkan siswa dalam situasi terbuka yang memberikan hasil yang beragam, atau menggiring murid untuk memikirkan pertanyaan atau hipotesis yang membutuhkan penelusuran (investigasi) lebih jauh.

Sedangkan menurut keputusan menteri (Kepmen) No.53/4/2001 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah (DIKDASMEN), Proyek mempunyai pengertian:

  1. Akumulasi tugas yang mencakup beberapa kompetensi dan harus diselesaikan oleh peserta didik (pada akhir semester).
  2. Suatu model pembelajaran yang diadopsi untuk mengukur dan menilai ketercapaian kompetensi secara kumulatif.
  3. Merupakan suatu model penilaian diharapkan untuk menuju profesionalisme.
  4. Lingkup kegiatan yang dilakukan dari membuat proposal, persiapan, pelaksanaan (proses) sampai dengan kegiatan kulminasi (penyajian, pengujian dan pameran).

Penilaian Proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.

Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

  1. Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

  1. Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

  1. Keaslian

Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap peserta didik.

Menurut Lacy Snead dan Ed Dickey, jika siswa telah mengatur pelaksanaan proyek, artinya mereka telah mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Menulis gambaran dari proyek
  2. Mengidentifikasi prosedur yang diperlukan
  3. Menetapkan dalam hal membuat rekaman dari kerja mereka, dan
  4. Menyatakan hasil.

Proyek ini dapat diterapkan untuk semua bidang studi, dengan implementasi mengikuti 5 langkah utama, sebagai berikut:

1. Menetapkan tema proyek, memenuhi indikator-indikator berikut:

· Memuat gagasan umum dan orisinil

· Penting dan menarik

· Mendeskripsikan masalah kompleks

· Mencerminkan hubungan berbagai gagasan, dan

· Mengutamakan pemecahan masalah ill-defined.

2. Menetapkan konteks belajar, memenuhi indikator-indikator berikut:

· Pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata

· Mengutamakan otonomi siswa

· Melakukan inquiri dalam konteks masyarakat

· Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien

· Siswa belajar penuh dengan kontrol diri, dan

· Mensimulasikan kerja secara professional.

3. Merencanakan aktivitas-aktivitas, yaitu:

· Membaca

· Meneliti

· Observasi

· Interview

· Merekam

· Mengunjungi obyek yang berkaitan dengan proyek, dan

· Akses internet.

4. Memproses aktivitas-aktivitas, memenuhi indikator-indikator berikut:

· Membuat sketsa

· Melukiskan analisis

· Menghitung

· Menggeneralisasi, dan

· Mengembangkan prototype.

5. Penerapan aktivitas-aktivitas untuk penyelesaian proyek, yaitu:

· Mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa

· Menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh

· Mengevaluasi hasil yang telah diperoleh

· Merevisi hasil yang telah diperoleh

· Melakukan daur ulang proyek yang lain, dan

· Mengklasifikasi hasil terbaik

Adapun dampak positif dari proyek adalah sebagai berikut:

  1. Belajar untuk mengartikan masalah dan memimpin tugas mandiri
  2. Belajar untuk bekerja dengan yang lain dalam kelompok.
  3. Belajar bahwa masalah dunia nyata sering tidak mudah tapi membutuhkan usaha yang lebih dan waktu yang lama.
  4. Belajar melihat bahwa matematika sebagai ilmu praktis yang merupakan teknik dalam penyelesaian masalah
  5. Belajar untuk mengatur, merencanakan dalam jangka panjang secara objektif
  6. Belajar menulis laporan dari investigasi

Contoh Proyek

Bahan untuk membuat brownies kukus adalah :

Telur : 6 butir

Tepung : 125 gram

Gula : 225 gram

Coklat Bubuk : 45 gram

Coklat Batang : 125 gram

Mentega secukupnya.

Minyak goreng kira-kira 10 sendok makan.

Susu kental manis sachet 3 bungkus

Prosedur pembuatan :

Siapkan panci untuk mengukus.

  1. Masukkan 6 butir telur dan gula ke dalam mangkok mixer. Kemudian campurkan sampai mengembang.
  2. Campurkan coklat bubuk dengan tepung terigu kemudian masukkan ke dalam adonan sambil diaduk-aduk dengan sendok.
  3. Lelehkan coklat batang dengan minyak secukupnya dan masukkan ke dalam adonan.
  4. Pisah adonan menjadi tiga bagian.
  5. Pada adonan kedua masukkan susu kental manis kemudian diaduk.
  6. Siapkan loyang, kemudian olesi dengan mentega dan taburi dengan tepung terigu.
  7. Masukkan adonan pertama dan kukus hingga 10 menit atau sampai kue tidak lengket jika ditusuk dengan ujung korek api.
  8. Setelah itu masukkan adonan ke dua  di atas adonan pertama dan dikukus selama 10 menit.
  9. Setelah itu masukkan adonan ketiga di atas adonan kedua dan kukus selama 20 menit atau sampai kue tidak lengket jika ditusuk dengan ujung korek api.

Petunjuk :

  1. Bentuk kelompok yang beranggotakan 6 orang.
  2. Lakukan  survey harga bahan dan lakukanlah sesuai dengan prosedur pembuatan kue tersebut.
  3. Jawablah pertanyaan berikut.

Pertanyaan :

  1. Jika ingin menghemat biaya produksi apa yang harus dilakukan?Buatlah perinciannya. Catatan: selama yang dilakukan itu tidak merubah rasa dari kue dengan bahan yang telah disebutkan.
  2. Berapa modal yang diperlukan untuk membuat kue setelah no. 1 dilakukan?
  3. Buatlah tabel perencanaan penjualan kue dengan memperhitungkan jumlah potongan kue yang dihasilkan, dan keuntungan yang ingin diperoleh yang merujuk kepada soal no 2.

 Rubrik Penilaian

 

Level Deskripsi
3

Unggul

  • Memperlihatkan pemahaman yang bagus atas pertanyaan dan konsep belajar yang diberikan
  • Penjelasan yang diberikan jelas dan diperkuat dengan alasan yang jelas sesuai dengan konsep
  • Diagram/tabel sesuai dan akurat
  • Alternatif  jawaban sangat variatif
2

Baik

  •  Memperlihatkan pemahaman yang bagus atas pertanyaan dan konsep belajar yang diberikan
  •  Penjelasan yang diberikan jelas dan diperkuat dengan alasan yang tidak sesuai dengan konsep
  •  Diagram/tabel sesuai dan akurat
  •  Alternatif  jawaban lebih variatif
1

Hampir Memuaskan

  •  Memperlihatkan kurangnya pemahaman atas pertanyaan dan konsep belajar yang diberikan
  •  Penjelasan yang diberikan jelas tapi tidak diperkuat dengan alasan yang jelas
  •  Diagram/tabel sesuai tapi tidak akurat
  •  Alternatif  jawaban sedikit
0

Tidak Memuaskan

  •  Tidak paham dengan pertanyaan dan konsep
  •  Penjelasan yang diberikan tidak jelas dan tidak disertai alasan
  •  Diagram/tabel tidak sesuai
  •  Tidak Alternatif  jawaban

 

Galeri

Ilmu Kimia Ditinjau dari Kajian Filsafat

Ilmu Kimia Ditinjau dari Kajian Filsafat

 

  1. A.      Pendahuluan

Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu-ilmu eksak yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Pemanfaatan ilmu kimia itu itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Setiap harinya, di mana pun itu, kita dapat menemukan proses kimia berlangsung serta hasil dari proses kimia tersebut. Baik itu manfaat yang diberikannya baik ataupun tidak bagi kita sendiri ataupun lingkungan serta masyarakat.

Ilmu kimia itu sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah Kimia Organik, Kimia Anorganik, Biokimia, Kimia Fisika, Kimia Nuklir (inti), Kimia terapan yang mencakup banyak ilmu-ilmu terapan, misalnya Kimia Polimer, Kimia Bahan Alam, Kimia Medisinal, dan lain-lain.

B. Permasalahan

Persepsi masyarakat tentang kimia kebanyakan lebih terdengar negatif. Hal ini juga tidak bisa dipungkiri dari adanya andil kimia dalam penyebab beberapa kerugian yang diderita oleh masyarakat. Misalnya saja limbah dari pabrik yang menimbulkan gangguan kesehatan, penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya pada makanan, sampai dengan penggunanaan ilmu kimia dalam membuat senjata pembunuh massal yaitu bom atom.

Jika kita lebih bijak, maka semua kerugian itu dapat saja kita tanggulangi. Pada dasarnya ilmu itu ada bukan untuk merugikan manusia tetapi sebaliknya. Oleh sebab itu, diangkatlah tema tentang ilmu kimia yang dikaji menurut ontology, epistimologi dan aksiologi agar kita benar-benar mengetahui apa sebenarnya ilmu kimia tersebut.

C. Pembahasan

1. Ilmu Kimia dalam Tinjauan Ontologi

Nama ilmu kimia berasal dari bahasa Arab, yaitu al-kimiya yang artinya perubahan materi, oleh ilmuwan Arab Jabir ibn Hayyan (tahun 700-778). Ini berarti, ilmu kimia secara singkat dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari rekayasa materi, yaitu mengubah materi menjadi materi lain. Secara lengkapnya, ilmu kimia adalah ilmu mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahan suatu zat atau materi. Zat atau materi itu sendiri adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa

Susunan materi mencakup komponen-komponen pembentuk materi dan perbandingan tiap komponen tersebut. Struktur materi mencakup struktur partikel-partikel penyusun suatu materi atau menggambarkan bagaimana atom-atom penyusun materi tersebut saling berikatan. Sifat materi mencakup sifat fisis (wujud dan penampilan) dan sifat kimia. Sifat suatu materi dipengaruhi oleh : susunan dan struktur dari materi tersebut.  Perubahan materi meliputi perubahan fisis/fisika (wujud) dan perubahan kimia (menghasilkan zat baru). Energi yang menyertai perubahan materi = menyangkut banyaknya energi yang menyertai sejumlah materi dan asal-usul energi itu.

Ini berarti bahwa aspek ontologi dari ilmu kimia adalah:

  1. Konsep kimia, yang berarti kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahan suatu materi
  2. Objek studi dari ilmu kimia adalah zat atau materi.

Bagian yang terpenting dari ilmu kimia adalah mempelajari reaksi kimia, perubahan yang terjadi bila senyawa kimia berinteraksi membentuk suatu senyawa baru yang berbeda. Reaksi kimia merupakan suatu hal yang menakjubkan untuk diteliti dan merupakan bagian yang menyenangkan dari ilmu kimia untuk memperhatikan terjadinya reaksi kimia.

Hakekat ilmu kimia adalah benda itu bisa mengalami perubahan bentuk, maupun susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain sehingga terjadi deformasi, perubahan letak susunan, ini mempengaruhi sifat-sifat yang berbeda dengan wujud yang semula.

2. Ilmu Kimia dalam Tinjauan Epistimologi

Epistimologi ilmu adalah berbicara tentang bagaimana ilmu itu diperoleh dan dikembangkan. Ilmu kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya ilmu kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan  teori (deduktif).

Ilmu kimia dikembangkan oleh ahli kimia untuk menjawab pertanyaan “apa” dan “mengapa”  tentang sifat materi yang ada di alam. Pengetahuan yang lahir dari upaya untuk menjawab pertanyaan “apa” merupakan suatu fakta bahwa sifat-sifat materi yang diamati sama oleh setiap orang akan menghasilkan pengetahuan deskriptif yang diperoleh dengan merancang percobaan dan melakukan eksperimen. Sedangkan pengetahuan yang lahir untuk menjawab pertanyaan “mengapa” suatu materi memiliki sifat tertentu akan menghasilkan pengetahuan yang teoritis. Pengetahuan ini diperoleh melalui langkah-langkah ilmiah sehingga muncul dan diciptakannya suatu teori. Teori yang telah ditemukan akan terus dibuktikan oleh peneliti lain demi memperkuat teori tersebut atau mungkin menyempurnakannya. Teori yang sudah mendekati sempurna akan diakui. Berikut adalah bagaimana ilmu kimia dikembangkan.

3. Ilmu Kimia dalam Tinjauan Aksiologi

Aksiologi ilmu membicarakan tentang nilai atau kebermanfaatan suatu ilmu. Ilmu kimia seperti halnya ilmu-ilmu yang lain mempunyai manfaat apabila dipelajari oleh siapapun. Manfaat dari mempelajari ilmu kimia meliputi :

  1. Pemahaman kita menjadi lebih baik terhadap alam sekitar dan berbagai proses yang berlangsung di dalamnya.
  2. Mempunyai kemampuan untuk mengolah bahan alam menjadi produk yang lebih berguna bagi manusia.
  3. Membantu kita dalam rangka pembentukan sikap.

Secara khusus, ilmu kimia mempunyai peranan sangat penting dalam bidang : kesehatan, pertanian, peternakan, hukum, biologi, arsitektur dan geologi. Pada  bidang kesehatan contohnya adalah ditemukannya obat-obatan dari proses kimia yang dapat membantu dalam proses pemulihan terhadap suatu penyakit.

Dibalik sumbangannya yang besar bagi kehidupan kita, secara jujur harus diakui bahwa perkembangan ilmu kimia juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Contohnya bahan pangan yang beredar di tengah masyarakat yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti : tahu, bakso yang mengandung bahan formalin, pengawet. Krupuk yang kita konsumsi pun tak luput dari bahan racun kimia “boraks”. Bahkan, minuman es di kantin-kantin maupun yang dijual dipinggir jalan diindikasikan bahwa bahan pewarnanya tak lain adalah bahan yang digunakan untuk pewarna kain. Produk kecantikanpun tak luput dari penggunaan racun-racun berbahaya, mercuri, yang berakibat paling fatal yakni kematian serta masih banyak lagi manfaat negatif dari ilmu kimia.

Dampak negatif dari ilmu kimia ada karena para pelaku tersebut paham konsep dan proses ilmu yang ditemukan tetapi tidak mempedulikan nilai dari ilmu tersebut, sehingga ilmu yang ditemukan hanya akan membawa kerugian bagi masyarakat. Jika setiap manusia menemukan ilmu dengan memandang wilayah aksiologi, maka ilmu tersebut akan memiliki nilai yang tinggi. Contohnya yaitu mengenai peluruhan atom yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan tertentu. Peluruhan atom telah diketahui oleh ilmuwan, bahwa dalam proses peluruhan atau fisi sebuah unsur akan disertai pelepasan energi beberapa elektron yang tentunya dapat dimanfaatkan, misalkan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.

D. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

  1. Hakikat dari ilmu kimia adalah benda itu bisa mengalami perubahan bentuk, baik itu susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain maupun  perubahan letak susunan yang mana hal ini mempengaruhi sifat-sifat yang berbeda dengan wujud yang semula.
  2. Ilmu Kimia ada karena untuk menjawab pertanyaan “apa” dan “mengapa” tentang materi yang diamati.
  3. Ilmu Kimia secara aksiologi adalah berkaitan dengan kebermanfaatan dari ilmu kimia tersebut yang dikaitkan dengan moral manusia yang menggunakannya. Ilmu kimia akan bermanfaat jika moral manusia yang menggunakannya baik, dan ilmu kimia akan mendatangkan kerugian jika moral manusia yang menggunakannya tidak baik.

2. Saran

Saran yang diberikan berkaitan dengan topic yang diambil adalah ilmu kimia merupakan ilmu yang bermanfaat bagi manusia jika dimanfaatkan secara benar dan tepat. Benar dalam hal sesuai dengan fungsinya dan tepat dalam hal komposisinya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Arif Fadholi. 2011. Berkenalan dengan Ilmu Kimia. (http://ariffadholi.blogspot.com/2011/02/bab-i-berkenalan-dengan-ilmu-kimia.html. tanggal akses 10 Desember 2011).

Nolly. 2011. Berkenalan dengan Ilmu Kimia.(http://bestbuydoc.com/id/doc-file/2670/berkenalan-dengan-ilmu-kimia1-1-ruang-lingkup-ilmu-kimiadefinisi-%C3%B8-secara-singkat-ilmu-kimia-adalah-ilmu-rekayasa-materi-yaitu-mengubah.html. Tanggal akses 7 Desember 2011).

Relevansi Filsafat dalam Pengembangan Ilmu Kimia (Wilayah Aksiologi). (http://jawigo.blogspot.com/2011/07/relevansi-filsafat-dalam-pengembangan.html. tanggal akses 7 Desember 2011).

Galeri

Komunikasi Matematika

KOMUNIKASI  DALAM MATEMATIKA

Matematika adalah bahasa yang melambangkan makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan.

Kemampuan berkomunikasi dalam matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk:

  1. Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, atau ide-ide matematika;
  2. Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode oral, tertulis, konkrit, grafik, dan aljabar;
  3. Menggunakan keahlian membaca, menulis, dan menelaah, untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta informasi matematika;
  4. Merespon suatu pernyataan/persoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan.

Adapun kemampuan yang tergolong dalam komunikasi matematik menurut Utari-Sumarmo (2005: 7), diantaranya adalah:

  1. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika
  2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan
  3. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
  4. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis.
  5. Membuat konjektur, merumuskan definisi, dan generalisasi
  6. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri

Matematika dalam ruang lingkup komunikasi mencakup keterampilan/kemampuan menulis, membaca, discussing and assessing, dan wacana (discourse). Peressini dan Bassett (dalam NCTM,1966) berpendapat bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Ini berarti, komunikasi dalam matematika menolong guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari . Dalam bagian lain, Lindquist (NCTM, 1996) berpendapat,

Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan meng-assess matematika.

Berkait dengan peningkatan kemampuan komunikasi, NCTM (www.standard.nctm.org), menyatakan bahwa program pembelajaran dari TK sampai kelas 12 hendaknya memungkinkan semua siswa di Amerika Serikat untuk:

  1. Mengorganisasi dan mengkonsolidasikan pikiran matematika mereka melalui komunikasi (Organize and consolidate their mathematical thinking though communication);
  2. Mengkomunikasikan pikiran matematika mereka secara logis dan jelas kepada teman, guru, ataupun orang lain (Communicate their mathematical thinking coherently and clearly to peers, teachers, and others);
  3. Menganalisis dan mengevaluasi pikiran matematika dan strategi yang digunakan orang lain (Analyze and evaluate the mathematical thinking and strategies of others);
  4. Menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide matematika secara tepat (Use the language of mathematics to express mathematical ideas precisely).

Karakteristik soal yang tergolong dalam penalaran dan komunikasi Sa’dijah adalah :

  1. Soal yang meminta siswa untuk menyajikan suatu pernyataan matematika baik lisan, tertulis, gambar maupun diagram. Soal-soal yang ditampilkan setidaknya dapat menggugah siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan model yang dikembangkan siswa sendiri. Tentu saja penjelasan dengan gambar dan diagram mutlak diperlukan jika siswa mengalami kesulitan dalam membahasakan hasil pemikiran siswa.
  2. Soal yang meminta siswa untuk menarik kesimpulan, menyusun bukti dan memberikan alasan terhadap kebenaran solusi. Karakteristik soal ini menekankan pada bagaimana siswa mengungkapkan alasan terhadap kebenaran suatu pernyataan. Untuk mengungkapkan kebenaran, siswa bisa menyusun bukti secara deduktif dan induktif.
  3. Soal yang mengharuskan siswa menarik kesimpulan dari suatu pernyataan.
  4. Soal yang memungkinkan untuk memeriksa keshahihan suatu argument. Soal biasanya dimulai dengan menyebutkan jawaban suatu masalah atau pernyataan yang dibuat salah. Tujuannya untuk memancing ketelitian siswa dalam mengecek kesahihan suatu argument.
  5. Soal yang meminta siswa untuk melakukan manipulasi matematika. soal pada karakteristik ini memungkinkan siswa untuk melakukan apapun yang menurut siswa perlu yang dapat membantunya mengingat kembali konsep yang telah dimengerti.
  6. Soal yang meminta siswa menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Biasanya soal yang ditawarkan merupakan soal yang meminta siswa untuk meneliti pola dan secara tidak langsung akan membuat kesimpulan dari pola yang ditemukan.
  7. Soal yang meminta siswa untuk mengajukan dugaan. Karakteristik soal ini adalah meminta siswa menduga yang kemudian dibuktikan dengan menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diberikan.

Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 (Depdiknas, 2004), bahwa penalaran dan komunikasi merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika. Menurut dokumen di atas, indikator yang menunjukkan penalaran dan komunikasi antara lain adalah:

  1. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram.
  2. Mengajukan dugaan (conjectures).
  3. Melakukan manipulasi matematika
  4. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi.
  5. Menarik kesimpulan dari pernyataan
  6. Memeriksa kesahihan suatu argument
  7. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Indikator komunikasi matematis menurut NCTM (1989 : 214), dapat dilihat dari:

  1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
  2. Kemampuan memahami, mengiterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya;
  3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyejikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

Menurut Carolyn Kessler dalam Linking Mathematics and Second Language Teaching, ada empat kemampuan yang dibutuhkan dalam komunikasi matematika, yaitu

1. Grammatical competence (kemampuan tata bahasa)

Mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan-gagasan matematika agar dapat dipahami oleh orang lain bukan pekerjaan yang mudah. Menulis (writing in mathematics) merupakan salah satu cara menyampaikan gagasan atau ide-ide matematika yang berupa pemecahan masalah (problem solving), pembentukkan soal (problem posing), keterkaitan (connection), pemahaman dan penalaran. Kemampuan menulis itu antara lain diperlukan dalam menjawab masalah-masalah (soal), mengerjakan tugas (proyek), membuat jurnal matematika, membuat refleksi dan sebagainya.

Menurut Achmad (2002), keterampilan menulis merupakan merupakan keterampilan yang kompleks, bahkan kadang-kadang sulit untuk diajarkan. Selanjutnya dinyatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa untuk memperoleh kompetensi menulis yang baik, setidaknya diperlukan lima komponen utama, yaitu:

1. Penggunaan bahasa (language use),

2. Keterampilan menggunakan ejaan (mechanical skills),

3. Penguasaan isi (treatment of content),

4. Penguasaan gaya bahasa (stylistic skills),

5. kemampuan untuk menulis sesuai dengan tujuan dan audiens (judgement skills).

Jika kita merujuk kepada lima komponen kompetensi menulis tersebut dalam “Writing in Mathematics” penguasaan isi merupakan bagian yang sangat penting. Penguasaan isi (treatment of content) terkait dengan kemampuan pemahaman (understanding), penalaran (reasoning) dan keterkaitan (connection). Kompetensi-kompetensi lain merupakan pendukung dalam menyampaikan isi (ide) atau konsep. Seperti bagaimana menyampaikan ide matematika dengan bahasa yang menarik, ejaan yang benar dan ide tersebut ditujukan kepada siapa. Selain penguasaan isi, Ellerton dan Clarkson (1996) menyatakan bahwa struktur semantik mempunyai pengaruh penting pada pembelajaran matematika dibanding variabel bahasa seperti kosa kata.

Menulis sangat terkait dengan bahasa yang digunakan. Huinker dan Laughling (1996), menyatakan, bahasa matematika dapat membantu siswa untuk bekerja sama antara yang satu dengan yang lain dalam memecahkan masalah matematika. Bahkan, Secada (dalam Mac Gregor, 1999) memberikan bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa “kecakapan bahasa, berhubungan dengan prestasi dalam matematika”.

Keterampilan menulis (kemahiran menulis) tidak datang dengan sendrinya. Trianto (2002) menyatakan bahwa kemahiran menggunakan bahasa tulis adalah kemahiran yang diperoleh melalui pengajaran, pembelajaran, dan pelatihan, yang dilakukan secara bertahap. Yang lebih sulit lagi ialah bagaimanakah mengevaluasi hasil karya siswa yang berupa yang dapat berupa proyek, pemecahan masalah, jurnal siswa. Untuk mengases (menilai) pekerjaan siswa yang diwujudkan dengan bahasa tulis diperlukan tolok ukur sehingga dapat disimpulkan apa yang dikerjakan siswa tersebut memiliki kriteria amat baik, baik, sedang, dan kurang. Adapun hal yang perlu di lakukan untuk mengukur kemampuan menulis siswa :

(1) Evaluasi dan asesmen dalam pembelajaran menulis

(2) Pengembangan teknik tes untuk keterampilan menulis

(3) Pengembangan teknik nontes menulis dengan penilaian berbasis kelas

(4) Pemanfaatan penilaian portofolio untuk menulis, dan

(5) Bahan diskusi pengembangan evaluasi keterampilan menulis.

2.  Discourse competence (kemampuan diskusi)

Kemampuan diskusi adalah salah satu kemampuan komunikasi matematika dimana sesorang dituntut untuk dapat bekerjasama dengan orang lain dalam memecahkan suatu permasalahan. Dalam diskusi, sesorang akan berlatih berani bernicara untuk dapat meyampaikan pendapat di muka umum dengan mempertimbangkan dan memikirkan pendapanya sesuai , benar atau tidaknya di muka umum.

Within (1992) menyatakan kemampuan komunikasi menjadi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik di saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka.

  1. 3.    Sociolinguistic competence (kemampuan sosiolinguistik)

Kemampuan sosiolingustik adalah pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat. Sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial).

  1. Strategic competence (kemampuan strategis).

Kemampuan strategis adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan keadaan dimana secara umum, bisa dikatakan bahwa pembelajaran matematika hendaknya dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

Berikut adalah rubrik penskoran untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi matematika siswa :

Rubrik Holistik Maine untuk item matematika open-ended

4 Solusi benar dan strategi yang sesuai ditunjukkan atau dijelaskan, dan solusi ditunjukkan dengan label yang benar deskripsi jika diperlukan
3 Sesuatu yang lengkap, strategi yang sesuai ditunjukkan atau dijelasakan tapi :-          Solusi yang tidak benar diberikan karena komputasiona yang mudah atau eror lain-          Tidak ada solusi diberikan.Solusi yang benar dengan strategi yang tidak sesuai atau penjelasan yang tidak ditunjukkan.Solusi yang benar dan strategi  yang sesuai ditunjukkan atau dijelaskan, tapi tidak dilabelkan secara benar ketika diperlukan.
2 Beberapa bagian strategi yang sesuai ditunjukkan atau dijelaskan, tapi tidak lengkap.Beberapa bagian strategi yang sesuai ditunjukkan atau dijelaskan dengan beberapa bagian yang tidak sesuai.
1 Some work or explanation beyond re-copying data, but work would not lead to a correct solution (beberapa pekerjaan atau penjelasan di luar menyalin data kembali, tetapi pekerjaan tidak akan mengarah pada solusi yang tepat).Satu atau lebih pendekatan tidak dijelaskan.
0 Tidak dikerjakan atau tidak ada solusi yang ditunjukkan atau dijelaskanSolusi tidak benar dan  tidak ada pekerjaan yang ditunjukkan atau dijelaskanSome data from the problem copied over, but no evidence of any strategy is shown or explained  (Beberapa data dari masalah disalin, tetapi tidak ada bukti dari strategi apapun ditampilkan atau dijelaskan)

Rubrik QUASAR

4 Gives a complete response with a clear, unambiguous explanation  and/or description; may include an appropriate and complete diagram; communicates effectively to the identified audience; presents strong supporting arguments which are logically sound and complete; may include examples and counter-examples.(Memberikan respon lengkap dengan penjelasan, penjelasan yang tidak ambigu dan / atau keterangan; mungkin mencakup diagram yang tepat dan lengkap; berkomunikasi secara efektif kepada khalayak yang teridentifikasi; menyajikan argumen yang kuat secara logis sehat dan lengkap; mungkin menyertakan contoh-contoh dan kontra-contoh…)
3 Gives a fairly complete response with reasonably clear explanations or  descriptions; may include a nearly complete, appropriate diagram; generally communicates effectively to the identified audience; presents supporting arguments which are logically sound but may contain some minor gaps.(Memberikan respon yang cukup lengkap dengan penjelasan atau deskripsi cukup jelas, mungkin termasuk diagram yang hampir lengkap dan sesuai; umumnya berkomunikasi secara efektif kepada khalayak teridentifikasi; menyajikan mendukung argumen yang logis tapi mungkin mengandung beberapa celah kecil.)
2 Makes significant progress towards completion of the problem, but the explanation or description may be somewhat ambiguous or unclear; may  include a diagram which is flawed or unclear; communication may be somewhat vague or difficult to interpret; and arguments may be incomplete or may be based on a logically unsound premise.(Membuat kemajuan yang signifikan terhadap penyelesaian masalah, tetapi penjelasan atau deskripsi mungkin agak ambigu atau tidak jelas; mungkin termasuk diagram yang cacat atau tidak jelas; komunikasi mungkin agak kabur atau sulit untuk ditafsirkan, dan argumen mungkin tidak lengkap atau mungkin didasarkan pada premis logis yang tidak sehat.
1 Has some satisfactory elements but may fail to complete or may omit significant parts of the problem; explanation or description may be missing or difficult to follow; may include a diagram which incorrectly represents the problem situation, or diagram may be unclear an difficult to interpret.(Memiliki beberapa unsur yang memuaskan tetapi mungkin gagal untuk menyelesaikan atau mungkin menghilangkan bagian-bagian penting dari masalah; penjelasan atau deskripsi mungkin hilang atau sulit untuk diikuti, mungkin termasuk diagram yang salah menggambarkan situasi masalah, atau diagram mungkin tidak jelas, sulit untuk diinterpretasikan).
0 Communicates ineffectively; words do not reflect the problem; may include drawings which completely misrepresent the problem situation.(Berkomunikasi tidak efektif, kata-kata tidak mencerminkan masalah; dapat mencakup gambar-gambar yang secara lengkap salah menggambarkan situasi masalah).

Rubrik Komunikasi Matematika Maryland

4 Uses mathematical language (terms, symbols, signs, and/or representations) that is highly effective, accurate, and thorough, to describe operations, concepts, and processes.(Menggunakan bahasa matematika (istilah, simbol, tanda, dan / atau representasi) yang sangat efektif, akurat, dan menyeluruh, untuk menggambarkan operasi, konsep, dan proses).
3 Uses mathematical language (terms, symbols, signs, and/or representations) that is partially effective, accurate, and thorough to describe operations, concepts and processes.(Menggunakan matematika bahasa (istilah, simbol, tanda, dan / atau representasi) yang sebagian efektif, akurat, dan menyeluruh untuk menjelaskan operasi, konsep dan proses).
2 Uses mathematical language (terms, symbols, signs and/or representations) that is minimally effective and accurate, to describe operations, concepts, and processes.(Menggunakan matematika bahasa (istilah, simbol, tanda, dan / atau representasi) yang minimal efektif dan akurat,untuk menjelaskan operasi, konsep dan proses).
1 An incorrect response— attempt is made.(Respon salah, upaya dilakukan ( ada usaha)).
0 Off task, off topic, illegible, blank or insufficient to score.(Off tugas, off topik, tidak terbaca, kosong atau tidak mencukupi untuk skor)

Rubrik penilaian penalaran dan komunikasi menurut Sa’jidah

0 Bukan jawaban yang sesuai. Tidak menggunakan istilah dalam bahasa pengukuran, data dan peluang, aljabar, geometri, dan bilangan.
1 Jawaban salah. Tetapi beberapa alasan dicoba dikemukakan.
2 Jawaban benar tapi penalarannya tidak lengkap atau tidak jelas.
3 Jawaban benar dan penalaran baik. Penjelasannya lebih lengkap dari no 2 , tetapi mengandalkan pada pengetahuan konkrit atau visual daripada pengetahuan abstrak.
4 Jawaban yang sempurna. Siswa menggunakan pengetahuan dari bahasan pengukuran, data dan peluang, aljabar, geometri, dan bilangan.

Pedoman penskoran soal-soal komunikasi matematika

Menyatakan suatu Situasi dengan Gambar dan Model Matematika Menjelaskan Ide, Situasi, dan Relasi Matematika secara Tertulis
0 Tidak membuat gambar/pemodelan matematika atau membuat gambar/pemodelan matematika tetapi salah Tidak menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tertulis
1 Membuat gambar (jika mungkin) /model matematika dari apa yang diketahui Menjelaskan ide dan situasi secara tertulis
2 Membuat gambar (jika mungkin)/ model matematika dari apa yang ditanyakan Menjelaskan relasi secara tertulis
3 Membuat gambar (jika mungkin)/ model matematika secara lengkap Menjelaskan ide, situasi, dan relasi secara tertulis

Galeri

Protofolio by: Mia dan Ai

PORTOFOLIO

Portofolio adalah representasi sederhana dari kerja siswa dan dikumpulkan pada periode waktu tertentu. Secara garis besar portofolio (portfolio) diartikan sebagai kompilasi bukti. Kompilasi bukti fisik mengenai aktivitas seseorang. Bukti yang merupakan hasil karya dan sangat berarti dalam menggambarkan kompetensi. Bentuknya dapat berupa dokumen, berkas atau bundel. Suherman (2007) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan bukti fisik kinerja (individu atau kelompok) sebagai data otentik dari aktivitas yang dilakukan.

Lee (2005) menjelaskan bahwa portofolio adalah kompilasi bukti menunjukkan kemajuan akademik, prestasi, ketrampilan, dan sikap. Ditambahkan bahwa bukti pada portofolio dikoleksi pada periode tertentu.

Portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa. Kerena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.

Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa. Berikut ini adalah model portofolio matematika yang berisi contoh-contoh pekerjaan siswa.

1) Uraian tertulis hasil kegiatan praktik atau penyelidikan matematika

2) Gambar-gambar dan laporan lisan, perluasan analisis situasi masalah dan penelitian.

3) Uraian dan diagram dari proses pemecahan masalah.

4) Penyajian data statistik dan grafik.

Adapun keuntungan penggunaan portofolio matematika secara antara lain sebagai berikut.

  1. Memberikan bukti perkerjaan atau perbuatan berdasarkan pengetahuan yang sesungguhnya telah diperoleh
  2. Penilaian catatan atau memberikan gambaran tentang program matematika yang perlu ditekankan
  3. Adanya gambaran tentang hal-hal harus diperbaiki baik oleh siswa maupun guru
  4. Media komunikasi bagi guru, siswa, dan orang tua.
  5. Catalan kemajuan siswa dalam jangka waktu lama mencerminkan pembelajaran yang cukup lama

Pelaksanaan asesmen  portofolio mensyaratkan kejujuran siswa dalam melaporkan rekaman belajarnya. dan kejujuran guru. dalam menilai kemampuan siswa sesuai dengan kriteria yang yang telah disepakati. Guru harus mampu menunjukkan urgensi laporan yang jujur dari siswa. Adapun bentuk-bentuk asesmen portofolio diantaranya sebagai berikut.

  1. Catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar rekaman kejadiaannya.
  2. Ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa
  3. Skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa
  4. Respon-respon siswa terhadap pertanyaan
  5. Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya: tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan.

Kriteria Penilaian

Kriteria penilaian dalam membuat portofolio dapat diorganisasikan ke dalam kategori-kategori yang sejalan dengan tujuan kurikulum yang dicoba untuk diimplementasikan. Implementasi dari kriteria ini akan melibatkan penilaian guru dan lebih baik secara holistik daripada secara analitik. Pendekatan penilain secara holistik dari pengevaluasian kerja siswa lebih baik dilihat secara keseluruhan kualitas kerja dalam kejelasan informasi yang spesifik atau diikuti dengan langkah yag benar. Krtieria penilaian ini  membantu untuk mengarahkan guru dalam membuat penilaian secara holistik tentang kerja siswa.

Salah satu kelemahan asesmen portofolio adalah rendahnya reliabilitas dan validitas pengukuran yang dilakukan. Mengatasi permasalahan rendahnya reliabilitas dapat dilakukan dengan penggunaan lebih dari satu orang penilai. Sejumlah dosen yang memiliki kompetensi dalam bidang ini perlu ditunjuk sebagai penilai portofolio mahasiswa. Mengatasi rendahnya validitas dapat dilakukan dengan menyusun konsep mengenai kompetensi asesmen psikologi beserta indikatornya secara jelas dan operasional serta mengembangkan kriteria yang terukur yang dijadikan pijakan tepat tidaknya pengukuran yang dilakukan.

SOAL

MATERI : GEOMETRI

Standar Kompetensi               : Memahami konsep segi empat dan segitiga serta

menentukan ukurannya.

Kompetensi dasar                   : Menghitung keliling dan luas bangun segi empat dan

segitiga serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Indikator                                 : Menghitung keliling dan luas segi empat.

Tugas 1:

  1. Gambarkan titik P(3,3), Q(13,3), R(13,8), dan S(3,8). Hubungkan dengan garis, setiap dua titik yang berbeda. Tentukan lah bangun apa yang dibentuk dan hitung keliling dan luas bangun tersebut?
  2. Tentukan keliling dan luas persegi panjang dalam satuan dm, dengan panjang dan lebar berturut-turut 10 dm dan 20 cm!
  3. Apabila keliling persegi panjang adalah 60 m dan lebar nya 12 m, tentukan panjang dan luas persegi panjang tersebut!
  4. Sebuah kebun berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 20 meter dan lebar 7 meter. Sekeliling kebun akan dipasangi pagar. Biaya pembuatan pagar Rp 40.000 tiap meter. Berapa biaya yang diperlukan untuk pembuatan pagar tersebut?

Tugas 2:

  1. Tentukan keliling dan luas persegi apabila panjang sisi nya 17 cm!
  2. Keliling sebuah persegi adalah 60 cm. tentukan panjang sisi dan luas nya!
  3. Panjang sisi suatu persegi adalah (10 – z) cm. keliling persegi tersebut 28 cm. tentukan nilai z dan panjang sisi persegi tersebut!

KUIS

  1. Pak Walmen membeli sebidang tanah berbentuk persegi panjang yang berukuran 25 m x 15 m. Apabila harga tiap m2 tanah itu adalah Rp 100.000, berapa uang yang harus dikeluarkan oleh Pak Walmen untuk membeli tanah tersebut?
  2. Sebuah taman berbentuk persegi. Di sekeliling taman itu ditanami pohon cemara dengan jarak antar pohon adalah 10 meter. Apabila sisi taman itu 50 meter, berapa banyak pohon cemara disekeliling taman itu?

Tugas 3:

  1. Keliling belah ketupat BOLA 52 cm dan panjang salah satu diagonalnya 10 cm. Hitunglah:
    1. Panjang diagonal lainnya
    2. Luas belah ketupat
    3. Hitunglah luas layang-layang dengan panjang diagonal 15 cm dan 18 cm!

KUIS

  1. Panjang diagonal sebuah belah ketupat adalah 16 cm dan 30 cm. Berapa panjang sisi belah ketupat itu?
  2. Layang-layang ABCD mempunyai ukuran panjang AB = 16 cm dan diagonal BD = 20 cm. Bila  BAD = 900, maka keliling layang-layang ABCD sama dengan…..

Tugas Akhir

Buatlah kesimpulan pada kertas karton mengenai bangun-bangun datar yang telah kita pelajari yang memuat sifat-sifat, keliling dan luas masing-masing bangun tersebut menurut apa yang kalian pahami dan sekreatif mungkin !

Pelaksanaan :

  1. Dilaksanakan dalam jangka waktu 1 bulan.
  2. Pemberian tugas pertama diberikan setelah materi mengenai persegi panjang selesai yang diperkirakan pada pertemuan kedua.
  3. Pemberian tugas ketiga diberikan setelah materi mengenai persegi selesai diberikan pada pertemuan ketiga
  4. Pemberian kuis dilakukan setelah materi persegi panjang dan persegi diberikan diperkirakan pada pertemuan keempat
  5. Pemberian tugas ketiga setelah materi belah ketupat dan laying-layang diberikan diperkirakan pada pertemuan ketujuh
  6. Pemberian kuis dilakukan setelah ketiga dikumpulkan, diperkirakan pada pertemuan kedelapan.
  7. Pemberian tugas akhir dilakukan seblum materi awal mulai diajarkan dan dikumpulkan pada pertemuan ke delapan..

Rubrik Skor

Skor Keterangan
3 –      menunjukkan kemampuan pemecahan masalah yang tepat-      menunjukkan kemampuan berbahasa yang sangat baik.-      Menunjukkan pengorganisasian dan kerapian yang sangat baik

–      Menunjukkan kemampuan penalaran yang sangat baik

–      Melampaui apa yang diminta.

2 –      menunjukkan kemampuan pemecahan masalah yang baik-      menunjukkan kemampuan berbahasa yang  baik.-      Menunjukkan pengorganisasian dan kerapian yang baik

–      Menunjukkan kemampuan penalaran yang baik

–      Memenuhi semua  yang diminta

1 –      Pada umumnya mempunyai  kemampuan pemecahan masalah  yang baik-      Pada umumnya  mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.-      Pada umumnya penalaran baik.

–      Pengorganisasian dan kerapian yang bisa diterima.

0 –      Tidak  mempunyai  kemampuan pemecahan masalah  yang baik-      tidak  mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.-      Tidak mempunyai kemampuan penalaran yang baik.

–      Kurang terorganisir  dan kurang rapi.

–      Tidak memenuhi apa yang diminta.

Galeri


Flag Counter